Laman

Jumat, 21 Mei 2010

TAU DIRI




Ada suatu cerita dalam sebuah seminar yang disampaikan oleh seorang pakar metode spritual dan emosi. Ia menceritakan tentang dua ekor ikan yang terus-menerus berenang di sebuah danau kecil di tengah sebuah padang yang luas. Setiap hari ia mencari makan, berenang, mencari ikan lagi, berenang lagi, dan begitu seterusnya hingga salah satu dari mereka meyakini pasti ada tempat yang lebih baik dari tempat mereka sekarang.

Suatu hari, dua orang manusia sedang berbincang-bincang di pinggir danau. Mereka ternyata sedang berbincang tentang danau yang lebih jernih dan banyak ikan di puncak gunung sana. Ternyata kedua ikan tadi ”nguping” dan mengetahui informasi itu. Sontak saja mereka berdua melompat dan akhirnya mati di daratan karena kehabisan nafas.

Pada umumnya saya sepakat tentang opini bahwa banyak di antara kita yang tidak tahu tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Tapi saya justru kagum dengan kedua ikan tadi dan sedikit ingin mengomentari pakar itu. Saya pikir, kedua ikan itu sama halnya dengan manusia-manusia terutama yang hidup di negara dunia ketiga. Walau dia tidak tahu siapa dirinya, tapi dia sadar dengan lingkungannya yang tidak nyaman. Mereka (kedua ikan itu) merasa lebih baik mati melawan keadaan daripada harus hidup dengan penuh kepasrahan di tempat yang sekarang.

Nah, negara kita sudah seperti danau kecil itu. Tak ada banyak lapangan pekerjaan yang tercipta, airnya sudah mulai keruh, tidak ada rasa nyaman dan tentram, serta hidup disitu hanyalah mengikuti roda waktu yang berputar. Jadi, kalau kita adalah kedua ikan itu, apa yang akan kita lakukan? Berdiam diri karena tahu kita ini ikan dan tak mampu berbuat apa-apa, ataukah melawan keadaan meski harus mati konyol? ???!!!!......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar